Sabtu, 07 Agustus 2010

Ramadhanku.......

Firman, seorang remaja lulusan SMA yang tinggal di desa Jipang. Sebuah desa yang terletak di Barat kota SATRIA. Ia dikenal menjadi seorang yang “biasa-biasa saja” alias tak begitu rajin, tapi juga tak suka malas-malasan, tak begitu patuh or-tu tapi tak juga nakal. Namun, pergaulannya bersama ke-5 teman sebayanya yang putus sekolah menjadikannya jauh dari masjid. Ia berteman dengan Putra, Joko, Bayu, Udin dan Yadi, mereka belum memiliki pekerjaan yang pasti sehingga mereka sering kumpul-kumpul tak jelas jluntrungnya.
“Firman,” panggil mamaknya dari dapur.
“dalem mak, mangke riyn. Sekedap malih” teriaknya sebagai respon panggilan mamaknya dari ruang tengah.
“Diundang kok ra teka-teka malah ndopok bae” mamak Firman agak sedikit kesal dengan perilaku anaknya yang agak sedikit kurang hormat padanya. Tapi sikap demikian sudah sering terjadi, sehingga tak mengurangi sedikit pun rasa sayangnya pada Firman, anak bungsunya.
Mendengar mamaknya sudah sedikit kesal, ia langsung berlari ke dapur dan menyudahi pembicaraannya dengan kelima sobat karibnya.
“bro, kaya’e ngesuk maning bae ya.. kayane nyong kon nganter tempe disit” pamitnya pada sobatnya semua.
“Iya, nganah lah, dasar anak mami” Jawab temen-temennya sambil bersalaman dan meninggalkan rumah Firman yang sederhana berukuran 10x20 meter persegi. Firman pun mengantarkan mereka hingga bibir pintu dan langsung berlari menuju dapur.
Terlihat mamaknya sedang membereskan tempe-tempe yang sudah ½ matang ke dalam kranjang sepedanya. Tanpa basa-basi, ia pun langsung menggantikan ibunya dari pekerjaan itu dan menyuruh mamaknya untuk beristirahat karena terlihat sudah kecape’an.
“mak, sare mawon, kadose pun lemes banget. Bukane kan teksih dangu. Niki ben Firman mawon sing nganter” Firman menawari mamaknya dengan penuh kasih sayang.
“Iya, kawit mau diundang sih kesuwen. Kiye digawa kabeh maring nggone Pak Towo. Ngko sisan njaluk bayarane ya.” Jawab mamaknya sambil menerangkan pesanan agar tak salah kirim. “Oiya Fir, ko puasa apa ora?” mamaknya menyelidik karena ia jarang sekali puasa walau di mamaknya telah menyuruhnya berulang kali untuk berpuasa apalagi ini bulan Ramadhan.
“ya puasa lah mak, eman nek ora puasa” jawab Firman dengan nada meyakinkan.
Mamaknya hanya menimpali dengan senyuman tulus dan berlalu dari hadapannya. Firman membalas senyum. Jam dinding tlah menunjukkan pukul 2 sore, ia pun segera menyelesaikan pesanan Pak Towo dan segera mengayuh onthelnya melalui jalanan berkerikil disamping sungai Logawa.
Setelah tugasnya selesai, ia langsung menuju rumahnya tercinta karena waktu hampir maghrib. Ia sudah membayangkan nikmatnya buka puasa setelah seharian berpuasa. Dalam hatinya, ia merasa sangat senang karena Ramadlan tahun ini ia dapat puasa dengan baik dan tinggal besok ia pun dapat dikatakan tuntas puasa Ramadhan, karena selama ini ia tak pernah tuntas puasanya walaupun umurnya sudah menjelang kepala 2.
“Assalamu’alaikum,” Firman langsung saja membuka pintu dan menyandarkan onthelnya didalam rumahnya. Dan rumah nampak ramai karena bapak baru pulang dari pasar, mas Eka sama mas Dwi juga baru saja datang dari Jakarta.
“Wah, mas tembe tekan nopo?” Firman menyapa kedua kakaknya dan menyalaminya.
“iya, kang ngendi? Jerene mamak puasamu tuntas ya Fir?” jawab kaka’nya sambil sedikit menyelidik tentang puasa adiknya itu.
“Insya Allah, dongakna mawon. Mas, Firman tek papung riyin nggeh.” Jawab Firman sambil tersenyum. Sedangkan mamaknya yang sedang menyiapkan buka puasa pun tersenyum bahagia karena anak-anaknya tlah berkumpul, terlebih dengan perubahan sikap Firman 80% dari biasanya. Ramadhan kali ini adalah Ramadhan pertama yang dituntaskan Firman anak bungsunya dengan puasa, tarawih, dan membantu orang tuanya.
Allahu Akbar, Allaaahu Akbar…… Adzan tlah berkumandang, keluarga Firman pun berbuka dengan lauk kebahagiaan dan keakraban masing-masing anggota keluarga. Mereka saling berbincang melepas kerinduan yang mendalam. Dan usai berbuka, mereka pun sholat maghrib berjama’ah dirumah dan taraweh di masjid Nurul Huda yang terletak 10 meter dari rumahnya.
Keesokan Harinya…
Hari terakhir puasa adalah hari yang sangat ditunggu oleh para pedagang, salah satunya pedagang tempe. Karena tempe adalah salah satu makanan khas yang selalu hadir tiap makan apalagi banyak pemudik yang datang dari luar kota. Mamak Firman telah menyiapkan tempe lebih dari biasanya, selain itu ia juga membuat wadah ketupat dari janur kuning karena seringkali masyarakat mencarinya. Bapak telah siap mengangkut barang dagangannya ke pasar dengan motor bututnya. Firman pun membantu kedua ortunya berjualan di pasar. Dan tanpa disangka, tempe dan wadah ketupatnya laku keras hingga mereka pun dapat pulang lebih awal.
Siang itu rumah Firman sepi, karena penghuninya tertidur pulas setelah prepegan. Namun, Firman terbangun karena mendengar klakson motor Udin. Ia yang baru saja bangun tidur langsung diajak pergi ke Baturraden.
“Fir, jalan-jalan yo. Ngesuk kan bada..” ajak Udin merayu. “ ngko ko mbonceng nyong wes.” Udin terus mendesak. Firman agak sedikit ragu untuk ikut mereka namun akhirnya ikut juga.
Mereka berenam pergi ke Baturraden dengan sepeda motor. Jalanan Baturraden memang menanjak dan dipenuhi jurang dikanan kirinya sehingga harus extra hati-hati, apalagi musim hujan. Udin dan Firman berjalan paling depan dan ngebut. Jarak mereka berdua dengan teman-temannya sangat jauh, Udin terus melajukan motornya dengan kecepatan tinggi dan ketika jalanan menurun, ada sebuah mobil yang akan parkir kesebuah rumah namun tak menyalakan lampu ritting dan Udin pun kaget karena motor yang ia kendarai sudah begitu dekat, dan ia pun mengalihkan arah kemudi untuk menghindari mobil namun ternyata perhitungannya salah, ia pun menuju arah hutan dan menabrak pohon dengan benturan yang keras yang menyebabkan mereka berdua terluka parah. Sedangkan teman-temannya masih berada jauh dari mereka. Si pemilik mobil yang akan memasukkan mobilnya langsung menolongnya dan bersama teman-temannya melarikan keduanya ke Rumah Sakit terdekat.
Allah telah menentukan masa hidup seseorang, Udin dan Firman terluka parah, Udin dapat dilarikan ke RS namun Firman telah berpulang ke pangkuan Ilahi ketika berada di mobil. Akhirnya jenazah Firman pun dimandikan dan dikafani di RS. Putra dan Joko menunggui keduanya di RS. Sedangkan Bayu dan Yadi pulang untuk memberitahukan kepada pihak keluarga. Mamak Firman langsung pingsan, bapak, mas Dwi dan mas Eka langsung terkaget dan tak percaya. Mas Dwi seolah tak dapat menerima kenyataan itu dan langsung terdiam seribu bahasa dengan tatapan kosong. Semua bersedih dan menangis. Hari yang penuh bahagia ‘Idhul Fitri tahun ini rumah Firman ramai dikunjungi para tetangga. Bukan hanya untuk mengucap selamat dan bermaaf-maafan namun untuk mengantarkan Firman pulang ke hadirat Ilahi…

Karya: U_Qi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers