U
dara panas yang ditiup angin sepoi-sepoi, daun-daun hijau yang menari-nari mengikuti irama angin yang bergoyang, burung-burung kecil mungil masih kelihatan tersenyum sambil melantunkan syair-syairnya, anak-anak kecil yang berlompat riang sambil sekali-kali menyelam di alur kebun dan tanam-tanaman yang menggairahkan gelora nafsu untuk melihatnya selalu.
Itulah kampung halamanku, yang telah lama kutinggalkan, rindu rasanya untuk menikmati kenangan-kenangan indah bersamanya, tapi aku tak mau terlena dengan kenangan dimasa lalu, karena bagiku kenangan hanyalah seperti kaca spion yang tak boleh lama-lama dilihat, ia hanya boleh sekali-kali dilihat itupun hanya untuk berhati-hati dan berjaga-jaga agar tidak menabrak kedepan, sekarang konsentrasiku untuk melihat ke depan dan kedepan.
Di desaku yang indah, sejuk dan juga termasuk rawan karena daerah konflik, pernah aku memandang tajam kebun kangkungku dengan mengucapkan lafal do'a "ya Allah jangan lupakan aku dengan kebun kangkung ini". Do'a ini tidak pernah aku lupakan biarpun sudah sudah 5 tahun lalu kuucapkan, banyak kenangan manis bersamanya, di gigit lintah, menangkap belut bersama kawan, bermain lumpur, mandi di alur dan tak kalah pentingnya kangkung ini pernah menopang sekolahku, tatkala ayahku pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya.
Di saat itulah Allah menguji kesabaran, keberanian dan semangat hidupku. Saat itu usiaku masih sangat muda untuk bersama-sama dengan para si mbah mengutip dan menjual kangkung di pasar, aku tidak tau harus kemana wajah ini kutaruh bila bertemu dengan kawan-kawan, malu sekali rasanya….
Profesi ini terus kujalankan selama 3 bulan dan alhamdulillah bisa membantu biaya sekolah, tentunya uang tersebut begitu berharga bagiku, karena uang ini didapat dengan peluh keringat dan sifat malu yang bagiku itu wajar mengingat usia waktu itu. Di balik kesusahan itu aku tidak berhenti berdo'a : "ya Allah aku ingin lebih baik dan terus ingin lebih baik" do'a ini terus memotifasiku disaat lelah dan letih mendera dan aku sangat yakin do'aku ini pasti dikabulkan karena alasan aku anak yatim dan merasa dalam kesusahan.
Keyakinanku terbukti, setelah lulus sekolah, berbagai tawaran datang membanjiriku, ya yang namanya tahap awal aku memulai dari yang paling bawah, mulai dari menjaga bengkel, menyapu masjid, belanja untuk pesantren. Akhirnya naik pangkat mulai dari kepala dapur pesantren, pembimbing anak-anak pondok, guru komputer di pondok dan terakhir sebagai guru les komputer bagi masyarakat umum berbagai kalangan mulai dari pelajar, mahasiswa, pegawai dan masyarakat. Allah benar dan maha menepati janji di balik kesusahan ada dua jalan kemudahan setelahnya.
Untuk kegiatan kemasyarakatanpun aku gak mau kalah, karena hidup ini bukan untuk sendiri, kalau mati sich iya sendiri. Karena cita-citaku ingin bermanfaat bagi banyak orang. Karena cermin dari kemampuan bukannya banyak teori yang ia utarakan tapi seberapa banyak amal nyata yang ia buat yang bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.
Kenangan itu sudah 3 tahun lebih berlalu, aku rindu untuk melihat dan merasakan kembali secara langsung bukan dalam khayalan, tapi godaan itu segera kutepis, karena diriku masih jauh dari sukses masih jauh dari harapan, aku tak mau cepat merasa puas dan berhenti di posisi uenak, diriku tak akan kembali sebelum keinginan itu tercapai, kapan, sampai tercapai bahkan aku tak peduli sampai berapa tahun kedepan.
Memang berat rasanya meninggalkan orang-orang yang dicintai, keluarga, guru, para sahabat dan juga orang yang spesial dihati, tapi yang namanya perjuangan pasti perlu pengorbanan dan untuk bisa sukse dibutuhkan komitmen yang kuat, semua itu hanya bisa di dapat dengan belajar, agar bisa awalnya harus dipaksa, terus dipaksa, terus terbiasa maka baru bisa demi orang-orang yang ku cintai.
By : Abdul Aziz Al-rantisi
Minggu, 14 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar