Senin, 07 Juni 2010

Anda pernah berfoto atau melihat foto seseorang?

Jika pertanyaannya seperti di atas maka diduga keras semua orang pernah berfoto atau melihat foto seseorang. Trus yang penting dari pertanyaan tersebut apa? Yap ! itulah yang akan kita bahas. Ketika kita ingin berfoto, biasanya kita berpakaian serapi mungkin dan bergaya sebaik mungkin begitu pula ketika kita melihat foto orang lain adakalanya kita dibuat kagum ketika melihat foto tersebut, namun kekaguman tersebut terkadang berlangsung lama atau mungkin sangat cepat, seiring ketika kita melihat wajah asli orang yang ada didalam foto tersebut.
Tidak jarang orang merasa senang dan tidak jarang pula kecewa ketika melihat wajah asli orang yang ada difoto tersebut. Sobat jika melihat realita dibalik foto maka ilmu kita sedikit bertambah, dimana orang yang berfoto atau yang melihat hasil foto harus siap merasakan senang dan kecewa.
Buat yang berfoto, siap mendapatkan rasa senang tatkala orang lain memuji wajahnya dan siap kecewa ketika ada orang yang berkata keindahan foto ini tak seindah aslinya, dikarenakan banyaknya polesan yang menjadikannya indah dipandang (gak asli).
Buat yang melihat foto, siap mendapatkan rasa senang tatkala ia dapat memiliki foto yang berisikan idonya yang enak dipandang dan harus siap tatkala apa yang ada didalam foto tersebut tak seindah aslinya atau bahkan berbanding terbalik antara penampilan dan akhlaknya.
Namun, bukan berarti tidak ada yang semuanya indah, baik foto dan aslinya. Tetapi mungkin kita harus bersabar dan menunggu waktu yang tepat sehingga ALLAH SWT mempertemukan kita kepadanya.
Sobat, inilah yang namanya dunia, penuh dengan tipu daya terkadang kita sulit menentukan mana orang yang benar-benar baik, sebagimana dalam pepatah sering terungkap adanya “serigala berbulu domba”, “malaikat berhati iblis”, “buaya darat”, “lintah darat” dan sebagainya. Tetapi sebagai seorang muslim kita tidaklah pantas memiliki predikat sebagaimana pepatah yang telah penulis sebutkan.
Bagaimana agar kita terhindar dari yang demikian jawabannya adalah mari kita contoh Rasulullah saw karena beliau adalah suri tauladan yang harus kita ikuti:

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (al-Ahzab[33]: 21)


Dan untuk tahu siapa kita mari kita renungi apa yang dikatakan oleh Aristoteles berikut ini:
“Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang kali. Dengan demikian, kecemerlangan bukan tindakan, tetapi kebiasaan”,
Ya. Tidaklah dikatakan pendusta jika ia baru sekali berdusta, begitu pula pencuri, penzina, munafiq, karena bisa jadi jika baru pertama ia lakukan hal tersebut dikarenakan terpaksa. Tetapi jika sudah menjadi kebiasaan dan akhlaknya maka itulah jati dirinya. Ingin tahu siapa anda? Maka lihatlah tingkahlaku anda yang dilakukan berulang-ulang. Nabi saw Sabda: “ Orang mu’min tidak akan jatuh kedalam lubang yang sama”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers