(SMS dari Mas Muhammad Aris Jatmiko)
D
emikianlah pesan singkat Mas Aris kepada saya suatu malam. Sempat membuat saya termenung sejenak dan hampir-hampir air mata ini mengalir. Singkat padat namun memiliki muatan yang luar biasa. Ya! betapa kita terkadang lebih mementingkan pemenuhan keinginan kita yang tidak lain sangat besar dipengaruhi oleh nafsu kita. Yang membuat kita lupa akan mana yang lebihj penting.
Dalam istilah kebutuhan ada yang dinamakan Primer, Skunder dan Tersier. Sedangkan keinginan banyak menduduki tempat tersier bahkan sebenarnya tidak kita butuhkan saat itu. Sehingga membut pepatah kita yang berbunyi “besar pasak dari pada tiang” harus kita sematkan pada diri kita.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana kita membedakan antara kebutuhan dan keinginan? Ada baiknya kita lihat dulu pengertian kebutuhan dan keinginan. Jika kita menilik Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, kita akan temui bahwa butuh / kebutuhan memiliki arti perlu, keperluan. Sedangkan ingin/keinginan adalah cita-cita, harapan, sesuatu yang diingini. Sehingga dari pengertian ini dapat kita ketahui bahwa kebutuhan adalah sesuatu yang harus kita penuhi keberadaannya sedangkan keinginan adalah sesuatu harapan dan cita-cita, yang mestinya jika dimasukan kedalam katagori kebutuhan maka ia termasuk dalam kebutuhan tersier yang memberi pengertian bahwa keberadaannya tidak mesti atau tidak harus ada atau diadakan.
Pada kenyataannya manusia dewasa ini banyak yang memenuhi keinginan bukan kebutuhan. Sehingga menjalani kehidupan ini bukannya semakin hari-semakin mudah dengan seiringnya waktu tetapi semakin terasa beban dikarenakan besarnya pengeluaran sedangkan kebutuhan yang seharusnya terpenuhi banyak yang tidak tertutupi.
Pada inti permasalahan ini adalah tidaklah semua yang kita sukai/cintai itu baik buat kita dan tidalah semua yang tidak kita sukai adalah sesuatu yang buruk karena Allah swt berfirman:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]:216)
Sebagai penutup, sudah semestinya kita bersifat dan bersikap jujur akan sesuatu apakah ia termasuk kebutuhan ataukah termasuk keinginan yang tidak lain dipengaruhi oleh nafsu belaka. Mari jadikan kejujuran bagian dari hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar