•26 oktober.. merapi murka.. misuh..misuh.. sampai ludah panasnya keluar, seluruh masyarakat kaliurang gentar.. khawatir lalu lari seperti habis dikebiri… terjadi lautan manusia.. tapi.. dasar anak PUTM cuek-cuek bebek, tidak tau situasi ehh.. ladalah.. bukannya lari malah nonton orang pada berlarian, ketawa-ketawa, mereka kira ada karnaval mendadak po..?? hahahaha… bahkan yang lebih gilanya lagi..!!! ada dosen kami yang ngotot mau melanjutkan pembelajaran, nih sedikit cuplikan percakapan
Tholabah: ust.. merapi meletus, warga pada ngungsi..
Ust : lha gitu aja ko’ repot.. kita kan sudah ngungsi dimesjid ini.. pokoknya pelajaran tetap lanjut..!! SDIT harus di tegakkan..!!
Tholabah:..???
Tapi anak putm tetaplah manusia, masih sayang nyawa, dosennya pun demikian hehe.. pada akhirnya ikut lari.. masuk mobil dinas putm menuju panti asuhan lalu lanjut ke pwm jogja.. amanlah para tholabah putm,
•20 hari.. anak putm ngungsi di pwm, hemm sebenarnya tidak pantas di sebut ngungsi sih.. tapi tinggal dimotel gratis tanpa bayar beserta hocopot dan mangga jatuh tiap sore.. hehehe, pembelajaran dilanjutkan di gedung milik yayasan an-nahl (wuih… gedungnya uapik.. eneng ac ne.. qoim ampe bersin-bersin.. baru kena ac.. lebih parah fatur yang gak mau pindah tempat duduk.. usut punya usut, ternyata di tempat duduknya pas kena angin semilir ac, hahahaha dasar wong ndeso hehe)
Meski mendapatakan nuansa pengungsian seperti pejabat tapi anak putm tetap berpijak di tanah, hati tetap rendah, kepala masih tertunduk mengingat kesusahan sodara-sodara lainnya (yah… tapi tidak jarang juga tunduk kepalanya gara-gara ngantuk di kelas kena angin ac… khi..khi…) sebagai orang-orang yang brlajar agama, dan tau bahwa setiap ummat muslim lainnya adalah saudara, maka dari iman masing-masing lahirlah rasa kepedulian yang tinggi untuk saling membantu satu sama lain meski sama-sama menyandang status pengungsi, kepedulian itu pada akhirnya melahirkan perbuatan nyata dari tholabah-tholabah yang mewakafkan dirinya sementara waktu menjadi relawan di barak-barak pegungsian korban erupsi merapi, dari kegiatan itu, banyak hal yang ternyata bisa dijadikan ibroh dan bahan intropeksi diri agar tidak menjadi orang yang takabbur.. yah.. sunggguh kawan, kami trenyuh melihat keadaan para pengungsi yang begelimpangan tak beraturan di satu ruangan besar, bebagi keluh kesah dan seraknya suara karena terlalu lelah untuk menangisi segala hal yang dicintai, terenggut dengan cepat, dengan tak diduga-duga dan tak disangka sangka.. orang-orang tua yang telah udzur memandang sekeliling dengan tatapan kosong, melamun hingga berbicara sendiri, bapak-bapak yang terlihat gagah kali itu harus gigit jari karena hanya bisa memberi makan keluarganya dengan sebungkus mie.. yah seluruh pemandangan itu membangkitkan rasa rendah kami dihadapan sang pemilik seraya berujar berulang-ulang dalam hati “inna lillahi wa inna ilaihi roojiun, semuanya milik Allah dan akan kembali kepada Allah”
•Setelah menimbang-nimbang berbagai macam kebijakan, maka para pembesar putm meliburkan anak putm selama dua minggu, sambil merayakan idul adha bersama keluarga yang saat merapi meletus mengkhawatirkan nasib anaknya (huh andai mereka tau, klo ternyata anak-anaknya malah makin 'turah' makanannya dan makin panjang jam terbangnya untuk tidur, maka tidak akan ada orang tua yang menyuruh anaknya pulang.. lha dirumah Cuma ngabisin beras kok hehehe)
•Setelah liburan. Lokasi pengungsian di pindahkan ke muallimin, nah.. disinilah kami sedikit banyak merasakan yang namanya hidup ala pengungsi.. hidup dalam satu ruangan yang tidak terlalu besar, beralaskan karpet panjang, ditemani dengan desingan dua kipas angin yang 24 jan terus berputar… pembelajaran kembali dilaksanakan, bahkan ujian semester dilaksanakan di tempat ini. Selama hampir 3bulan kami berkutat dengan ruangan yang itu-itu aja, naik tangga turun tangga naik tangga lagi turun tangga lagi, melihat yang itu-itu juga, meski banyaknya orang disini 3x lipat dibanding kaliurang, tapi seakan hidup dialam lain, tidak ada sapaan dan teguran, tidak ada saling kenal mengenal, hihi,,, (mungkin anak putm dikira karyawan baru, habis, mukanya mirip clening servis semua atau malah dianggap hantu gentayangan yang pindah rumah hehe) baru saat inilah kami merasakan hidup dan menyatu langsung dengan buku-buku dan baju-baju .. tidur dengan kepala di kaki teman dan kaki diatas kepala teman, betul-betul terasa muslim seperti satu anggota tubuh, tapi yang ini bukan menguatkan satu sama lain, melainkan menendang yang lainnya hehehe… disini juga ketahuan yang mana sering mengorok dan ngelindur (mulai dari ngorok seprti siulan seruling sampai ngorok bunyi bom atom atau ngelindur gaya islami, menyebut Allahu Robbi sampai ngelindur ala lagu dangdut hihihi…) tapi di balik keunikan itu, Kami merasakan kebersamaan yang sungguh tak tergantikan. Kebersamaan yang bahkan di kaliurang pun tidak kami dapatkan.. persaudaraan yag sangat erat, dekat sedekat urat leher..!!! tengok saja si sahrul dan aiman.. semenjak ngungsi, mereka sangat akur, bercanda ria berbagi tawa dan kesenangan, sangking akurnya, sampai-sampai ust budi memaklumatkan agar keduanya nanti harus menikahkan anak mereka hehehe.. begitu juga dengan teman-teman lainnya Yah.. meski tentunya perselisihan-perselisihan kecil terjadi, hal itu penulis kira wajar, mengingat para tohlabah putm adalah anak muda yang darahnya masih bergelora hehehe…
Ukhuwah itu tidak hanya berkutat di sekitar anak putm belaka, ternyataa merambat hingga di Stikes,UMY dan anak muhammadiyah lainnya dalam satu payung, payung ikatan mahasiswa muhammadiyah.. awal simpul keterikatan itu tatkala komisariat putm berkerja sama dengan komisariat Stikes dibawah pantauan cab. Ar fakhruddin dalam menyukseskan kajian semi panel yang Alhamdulillh berjalan dengan cukup memuaskan dan menjadi cikal bakal pergerakan dan kerja sama antar komsiariat lainnya..
Diakhir-akhir masa pengungsian inilah kami mulai memandang luas ranah dakwah di sekitar kami yang ternyata sangat membutuhkan siramana rohani… yah Allah mulai membuka tabir rahasia dibalik segala kebijaksaanannya…
Itulah kawan sedikit flash back yang kami chekidoot kan diatas.. menarik bukan, jangan salah sangka dulu.. itu hanya secuil dari pengalaman kami yang di penuhi dengan peristiwa-peristiwa mendebarkan yang jika ingin di tuliskan maka meski pohon-pohon menjadi penanya lautan menjadi tintanya tetap tidak akan pernah habis pengalaman ini ditulis (hahaha.. ngawur tenan) yah… penulis rasa lahirnya ukhuwah yang erat diantara tohlabah putm dan sekitarnya sudah menjadi hikmah dan anugerah yang begitu besar bahkan tak ternilai harganya dalam masa pengungsian yang kami jalani. Akhirnya lembaran buku pengungsian akan selesai sudah, semoga segala kenangan baik menjadi motifasi bagi kemajuan para tholabah dan kenangan kurang baik menjadi bahan introspeksi diri , dan mari kita tutup lembaran ini dengan rasa syukur penuh haru, dan membuka lembaran selanjutnya di kawah condro dimuko dengan semangat baru untuk meraup hal yang baik sebanyak-banyaknya dan memanfaatkannya sebaik-baiknya..